WISATA BUDAYA YANG UNIK


Tana Toraja, lebih dikenal dengan sebutan Tator merupakan salah satu dari sekian banyak daerah tingkat dua yang ada di Sulsel. Daerah Tator hingga kini masih menjadi primadona dan menjadi tujuan utama wisatawan baik domestik maupun mancanegara yang berkunjung di daerah ini (Sulsel). Sejauh mana daya tarik Tator hingga banyak wisatawan yang berkunjung ke daerah tersebut ? Sampai kapan Tator yang dikenal sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai budaya dan adat istiadat dapat bertahan dari terpaan jaman ?

Kepopuleran Toraja sebagai daerah wisata sampai saat ini belum dapat disaingi, khususnya di Sulsel. Selain pemandangan yang indah, kondisi alam dengan udara yang sejuk, serta budaya dan atraksi seni peninggalan leluhur yang unik, terutama budaya megalitik, rumah tradisional dan upacara penguburan, wisatawan akan disambut oleh penduduk yang ramah dan bersahaja. Membuat Toraja selalu menarik untuk dikunjungi.

Obyek wisata budaya yang adadaerah ini sangat mengagumkan sebut saja misalnya Londa. Londa merupakan salah satu tujuan wisata dari sekian banyak obyek wisata yang dapat dan sering dikunjungi wisatawan karena keunikannya. Di sana banyak terdapat goa.

Memasuki wilayah Londa memerlukan keberanian. Setidaknya kita akan diperlihatkan tulang belulang dan tengkorak manusia berserakan. Di tempat yang sama, sebelum memasuki tempat penyimpanan tengkorak dan tulang belulang, nampak sederetan patung (tau-tau, istilah masyaratkat setempat) yang merupakan gambaran dari orang-orang yang dikubur di situ (goa). "Patung yang menyerupai orang yang dipasang di depan goa itu merupakan patung dari golongan bangsawan yang dikubur di dalam goa. Hanya yang mampu menyembelih lebih dari 24 ekor kerbau yang berhak dibikinkan patung dirinya." ungkap salah seorang warga.

Untuk memeasuki Goa Londa, pengunjung dapat menyewa lampu petromaks yang disiapkan penduduk setempat. Tarifnya, Rp.10.000,oo sekali masuk. Goa yang panjangnya sekitar 30 meter ini, memiliki empat mulut goa yang difungsuikan untuk kuburan. Mulai dari pintu masuk kita sudah melihat jejeran peti mati yang disusun-susun. Inilah salah satu keunikan yang di miliki Londa dan menjadi daya tarik paling utama selain pesta kematian dalam adat Toraja.

Selain Londa, kawasan wisata yang banyak didatangi wisatawan adalah Kete Kesu. Untuk mencapai kawasan ini tidak terlalu jauh dari jalan poros Makalle-Rantepao. Melewati jalan beraspal sekitar 3 kilometer dari jalan poros. Kete agak berbeda dengan Londa, walaupun obyeknya sama. Letak geografinya berbeda atau lain. Di tempat ini, kita akan temukan sederatan rumah adat berupa tongkonan dan alang (lumbung, red) yang berjejer dengan rapi yang dijadikan sebagai tempat tinggal masyarakat setempat.

Hal yang menarik dari Kete adalah kuburan manusia dibangun dengan megahnya. Meski kuburan itu dibangun dengan semen, tapi arsitektur Toraja tetap melekat kental. Bangunan itu dinamakan tongkonan. Menyusuri jalan setapak dari beton, berarti kita menuju penyimpanan tengkorak di pinggir bukit batu. Di sana, dapat dilihat tulang belulang yang disimpan di dalam peti yang bentuknya seperti babi.

Wisatawan yang berkunjung di tempat ini, tidak saja dapat beristirahat di bawah tongkonan yang berjejer, tapi dapat pula belanja souvenir kerajinan tangan khas Toraja. Seperti ukiran kayu, miniatur tongkonan, tenunan, parang tator yang sudah dikenal dimana-mana. Itung-itung sebagai oleh-oleh.

Menuju ke utara timur laut di wilayah bebukitan, berada di atas ketinggian, berkisar 30 kilometer lebih dari kota Rantepao, wisatawan dapat melihat secara langsung kuburan batu yang dipahat yang dikenal dengan sebutan Lo’ ko’ (Lubang Mata, red).

Batu raksasa yang dijadikan sebagai tempat menyimpan mayat, menjadi pilihan terakhir pengunjung yang datang di Toraja. Batu besar yang dijadikan sebagai kuburan itu, memiliki diameter 25 meter dan tinggi sekitar 20 meter dengan total lubang yang telah terpakai sebanyak 70 buah lubang mayat manusia.

Keunikan budaya inilah yang membuat banyak wisatawan yang ‘jatuh hati’ terhadap keindahan Toraja. Sekalipun Toraja berada di pedalaman Sulsel, namun terasa belum lengkap jika berwisata ke Sulsel tapi belum menginjak Tana Toraja. *(AS-170701)



Copyright KPP Parepare Online © 2001.